Kerendahan Hati
Oleh: Taufik Ismail
Kalau engkau tak mampu
menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup
menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau
engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah
semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Analisis
Puisi
Jadilah Diri Sendiri
Dalam puisi “Kerendahan Hati” karya
Taufik Ismail menceritakan tentang kehidupan yang baik untuk seseorang yaitu
menjadi pribadi yang rendah hati dan dalam hidupnya bisa selalu bermanfaat bagi
orang lain, selalu menjadi diri sendiri sebaik-baiknya diri sendiri.
Puisi “Kerendahan Hati” karya Taufik
Ismail ini bertemakan tentang kerendahan hati seseorang.
Puisi “kerendahan Hati” karya Taufik
Ismail ini menggunakan bahasa konotasi atau bahasa yang memiliki makna yang
bukan makna sebenarnya.
Rima yang digunakan dalam puisi
“Kerendahan Hati” tersebut adalah rima bebas.
Citraan yang digunakan dalam puisi
“Kerendahan Hati” tersebut adalah penglihatan yaitu pada larik yang berisi
“Yang tegak di puncak bukit” itu membuktikan citraan yang digunakan adalah
penglihatan.
Majas atau gaya bahasa yang
digunakan pengarang dalam puisi tersebut terdapat beberapa majas seperti majas
personifikasi yaitu pada larik “Jalan setapak yang membawa orang ke mata air”
disini pengarang membuat suatu benda yang tidak hidup seolah-olah hidup.
Terdapat juga majas metafora yaitu pada larik “Menjadi jalan raya” dan juga
terdapat majas hiperbola yaitu pada larik “Tidak semua kapten menjadi kapten”.
Dalam puisi tersebut terdapat 4
bait, setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda yaitu 4 larik pada bait
pertama, 3 larik pada bait kedua, 4 larik pada bait ketiga, dan 6 larik pada
bait terakhir.
Latar belakang dari puisi tersebut
adalah umumnya dalam kehidupan masyarakat, seseorang selalu berperilaku sombong
dan hidupnya tidak membeikan manfaat kepada orang lain.
Tujuan dari puisi tersebut adalah
mengajarkan seseorang untuk selalu rendah hati dan selalu bermanfaat bagi orang
lain.
Puisi tersebut memberikan pesan pada
pembaca untuk selalu menjadi orang yang rendah hati, meskipun tidak dalam
cakupan yang terlalu besar dan selama hidup mereka bisa bermanfaat bagi orang
lain. Selalu ada kesempatan bagi seseorang untuk memanfaatkan bidang lain yang
mungkin bisa kita lakukan.